Posts

Showing posts from June, 2009

:)

Image
oleh: Galang Swatantra Ekajati ya gusti..sampeyan kan senang sekali mengampuni...ampuni aku ya...sering sekali aku tidak menging-ingat kamu ...la gimana lagi, lawong buat mempertahankan untuk tetap hidup saja susah sekali, untuk bertahan kan ndak cukup cuma ingetin kamu terus saja, aku harus ngayuh becak, mencangkul sawah, atau menjaring ikan di lautan untuk makan istri dan anakku...apalagi menyekolahkannya supaya lebih pandai mengingatmu..kayuhan becakku harus lebih kuat, ayunan cangkulku mesti lebih dalam, dan perahuku tak boleh bocor bocor. ya gusti...sampeyan kan paling bisa memahami...jadi tak perlu kuminta lagilah pengertian itu, ya...jika aku sering tidak menyapamu di pagi siang sore dan malam hari, itu bukan berarti aku melupakanmu...karena aku yakin kau pahami segala sesuatu, maka ku pikir kau tak terlalu sering ku sebut sebut tak mengapalah toh engkau bisa mengerti..tapi perut anakku yang lapar kan susah berkompromi?! genthong di dapurku kan perlu diisi?! hutang hutang kepada

Malingsia vs Indonesial dan Maha Maling Sial

by: Galang Swatantra Ekajati Tidak seperti biasanya setelah jadi wasit pertandingan sepak bola antar kampung di lapangan seperti sore tadi malamnya pastilah tak tampak batang hidungnya di warung mbak Nur, karena langsung ngorok dirumahnya karena capek, Kang Sumadi 'Jembut' kali ini ikut nimrung dalam obrolan kami di lincak warung mbak Nur malam itu. Kali ini lengkap, aku, Mbah Dul, Kang Marto 'Becak' yang bukan tukang becak melainkan petani itu ada disana. "Pertandingan sepak bola tadi sore itu seru banget loh, To, sayang kamu ndak bisa nonton", Kang Sumadi membuka pembicaraan. "Lawong aku aku tadi masih 'ngarit', kalo ndak dapet rumput, sapiku dirumah mau makan apa?!", Kang Marto menerangkan kondisinya sehingga tidak bisa ninting pertandingan sepak bila sore tadi. "Saking serunya nih, sampe sampe kedua kesebelasan hampir saja baku hantam. Untunglah saya sebagai wasit selalu adil dan tegas menilai persengketaan", ucap Kang Sumadi be

Tirakatan

oleh: Galang Swatantra Ekajati Beberapa hari yang lalu mbah Dul didatangi beberapa warga kampung kami yang sedang gusar. Mbah Dul sebagai sesepuh kampung kata-katanya seringkali dijadikan acuan warga kampung. Tidak hanya wak jo wak min yang pernah datang ke rumah beliau untuk sekedar ngobrol dan numpang ngopi gratis tapi pak lurah dan pejabat kampung kami, biasanya untuk 'curhat' thethek bengek urusan mereka. Aku yang kebetulan sedang ngobrol di rumah mbah Dul dengan Kang Marto Becak pun jadi ikut-ikutan terkaget-kaget. Sebagai tuan rumah Mbah Dul menyambut dengan ramah kedatangan mereka. Setelah tamu tamu yang rata-rata masih berusia muda ini dipersilakan duduk, tak selang berapa lama Mbah Dul memahami maksud kedatangan mereka. "jadi ini mengenai pemilihan kepala kampung kita?" tangkap mbah Dul. "kita ini lepas dari cengkeraman singa masuk mulut buaya mbah" salah satu tamu mbah Dul berkata. "Kampung kita ini sudah berganti ganti kepala tapi tidak juga

2

by: Galang Swatantra Ekajati kunci ilmu adalah rendah hati, kunci rejeki adalah silaturahmu, kunci cinta adalah ikhlas..

1

by: Galang Swatantra Ekajati Jika kau ingin mendapatkan rahman (cinta yang meluas) maka bacalah... bacalah segalanya, bacalah kitab (buku), bacalah alam semesta, bacalah manusia manusia, bacalah tentang malaikat, iblis, fir'aun bacalah tentang binatang bacalah tetumbuhan, bacalah gunung gunung, bacalah lautan... semisal kau baca padi dan kau ketahui padi sangat suka kau pupuki maka kau akan dicintai padi dengan biji padi yang berisi untuk kau jadikan nasi dan kau makan setiap hari... Jika kau ingin rahim (cinta yang mendalam) maka setialah... setialah kepada hatimu, setialah kepada nuranimu, setiai keadilan, setiai kebenaran, setiai kejujuran, setiai kebaikan... semisal kau setiai keadilan, dan kau dapati rasanya pahit sekali, jangan kau muntahkan karenanya, karena bila kau mampu menahan rasa pahitnya kau akan mendapati dirimu dalam rahim darinya... Dan jika kau inginkan kedua-duanya, maka ikhlaslah...

Kambing menghukumi kambing

by: Galang Swatantra Ekajati Kambing adalah binatang piaraan yang paling susah di ‘angon’. Setidaknya itu kata mbah Dul dalam obrolan di teras surau kampung kami ba’da sholat isya’ waktu itu. “Kambing itu jika kamu tarik ke belakang, misalnya supaya tidak makan tanaman tetangga, dia akan ‘mberot’ ke depan. Dan sebaliknya kalau kamu ‘geret’ ke depan, misalnya supaya dia mau bergerak maju, maka dia akan ‘mberot’ ke belakang”. Mbah Dul menerangkan dengan antusiasnya yang khas. Selaruh kampung mengenal Mbah Dul ini selain sebagai tukang ngawinin orang alias penghulu, dia juga telah berpengalaman puluhan tahun dalam dunia ‘angon’ kambing. “Lah…kemudian apa kaitannya dengan tema kita hari ini mbah?” aku mencoba bertanya setelah tak menemukan korelasi tema dngan obrolan. Kemudian kang Marto ‘becak’ dan kang Sumadi ‘jembut’ yang ikut serta mendengarkan obrolan itu meningkahi hamper bersamaan, “Loh…memangnya tema kita hari ini apa toh?”. Aku yang tergolaong paling muda diantara mereka uang m

kersik hati sunyi

by: Galang Swatantra Ekajati kersik hati sunyi lembayung layu oleh masa rindu terkesiap saksikan nyata mengharu biru cinta cahya maya maya merendai asa kersik hati sunyi isyarat genta kabut terkoyak bising telinga bedil dara dara kandung anak domba parau kata sisiri makna lidah ku kelu tatapmu kuyu kersik hati sunyi tangan tengadah menyapa airmata adalah cenderasa ketuk beku hatimu alunkan serunaimu alunkan serunaimu

Ada Karena Meniadakan

by: Galang Swatantra Ekajati Kali ini di warung mbak Nur. Seperti yang sudah sudah Mbah Dul, Kang Marto Becak dan aku sedang ngobrol-ngobrol ringan sambil menikmati kopi panas kami. Sementara Kang Sumadi Jembut tidak nongol sejak tadi sore. Kang Marto mengawali obrolan kali ini, “Lha iya to mbah, bangsa kita ini kan seharusnya tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Disini juga banyak kok orang-orang pinter. Buktinya di berita tipi kemaren siswa-siswa kita mendapat medali emas olimpiade fisika internasional. Terus di Indonesia ini kan buanyak itu ahli-ahli ekonomi, ahli-ahli politik, pakar-pakar IPTEK dan pakar-pakar yang lain yang pinternya ‘ngadubilah’ sampe sampe kalo pas dia ngomong, aku yang wong rakyat biasa yang goblok ini susah memahami. Tapi keadaan bangsa ini kok gak menjadi lebih baik to mbah?” Mbah Dul dan aku terdiam merasakan dan mencerna kegelisahan Kang Marto yang juga kegelisahanku dan aku yakin merupakan kegelisahan Mbah Dul juga. Kang Marto Becak yang bukan tukang

Mayasay

by: Galang Swatantra Ekajati Ku tersesat dalam gelap Belantara raya tak bertepi Tak lagi peduli Ujung pangkal perjalanan ini Hingga kudapati engkau dalam temaram cahyamu abadi jauh dari titik kuberdiri mungkinkah waktu engkau sabar menunggu tapak demi tapak langkah yang semakin renta ini? Kekasihku… Hanya engkau harapan Impian, cita dan cintaku

Surat untuk Kang Susilo dan Mas Budi

by: Galang Swatantra Ekajati Kang Susilo dan Mas Budi yang baik, Apa kabar kangmas berdua? Aku berharap sampeyan berdua sehat wal afiat. Aku mengirim surat kepada kangmas berdua tidak lain untuk mengobati rasa kangenku kepada kangmas berdua yang telah sekian lama di Jakarta. Dan tentu saja selain itu aku juga ingin mewartakan keadaan kami di kampong. Kang susilo yang baik, Sungguh kang, semenjak kangmas berdua meninggalkan aku dan si Bibit bertahun tahun yang lalu untuk pergi ke Jakarta, kami merasa sendiri. Aku harus melewati hari demi hari begitu berat. Dan Kakang tahu, setelah sepetak sawah yang kau jual untuk modal ke Jakarta mu waktu itu, kita sudah tak punya apa apa lagi. Aku sekarang ini harus menjadi buruh cuci di warung mbak Nur yang deket sekolahan SD itu. Yah, lumayan lah kang, lima ribu sehari, dan kadang kalau warung rame mbak Nur ngasih aku sepuluh ribu. Untunglah mbak Nur memberiku makan tiga kali sehari selama aku di warung, sehingga ribu atau 10 ribu itu sepenuhnya bis

to be or not to be, to be do be do dam dam

by: Galang Swatantra Ekajati Kapan hari seorang saudara dari jenis mu mereka reka alasanku mengapa aku tak mau sujud pada nenek moyangmu kala itu. Dalam kebingungannya dia menulis: Drama ketidaksudian iblis sujud kepada manusia serta pengangkatan manusia sebagai khalifah di bumi mungkin memang perlu dijadikan bahan refleksi bagi mu. Dua simpulan yang bisa saja kuambil tempo hari kenapa iblis tak mau sujud pada manusia, yakni pertama, iblis menganggap diri lebih tinggi derajatnya dari pada manusia, dengan kata lain iblis memakai jubah kesombongan Tuhan pada ke-diri-annya. Dan yang kedua, dengan analisis yang obyektif dan adil, iblis menyimpulkan manusia tak pantas menyandang jabatan khalifah di muka bumi. Jangankan menjadi rahmatan lil alamin, menjadi rahmat atas dirinya sendiri saja tak mampu. Bagaimana mampu memimpin yang lain sementara memimpin dirinya sendiri saja tak becus becus. Kemudian diterimanya jabatan khalifah oleh manusia pun bisa saja ku ambil kesimpulan. Yang pertama, ka

Narasi Angin

by: Kartika angin itu mengirim rindu lewat gerimis lewat sepi lewat daun-daun angin itu mengirim risau lewat cuaca lewat usia lewat puisi lewat mimpi

Di tanahku

by: Galang Swatantra Ekajati | Versi Audio Video disini Di tanahku yang garang, suara-suara menjelma hantu yang siap melenyapkan jejak petunjuk jalan pulangmu Dan menghempaskanmu dalam tidur panjang ditemani kesunyian tak berkesudahan Ditanahku yang gersang, tumbuh-tumbuhan dibonsai dipangkas paksa tak tersisa Rerumputan dibakar api menjelma amis darah yang tak kunjung hilang menyusup di dingin udara malam Di tanahku yang mengerang, ribuan burung diberangus sayap dan kakinya diserimpung kicaunya yang merdu menjelma lidah terpotong dari rongga-rongga jiwa rindu akan kata-kata merdeka Di tanahku yang sunyi, hati menangis meraung-raung terbungkus kain kafan diusung dalam keranda tiap tetes air matanya menjelma do’a untuk ibu pertiwi yang masih bersabar menyusui anak-anaknya

Akulah yang Maha Mengetahui

by: Galang Swatantra Ekajati Suatu saat Tuhan memerintahkan kepada malaikat, iblis dan seluruh alam ciptaan-Nya untuk bersujud kepada manusia. Dalam drama itu konon iblis adalah satu-satunya makhluk yang tak sudi bersujud kepada manusia. Iblis beralasan bahwa manusia hanya tercipta dari tanah sedangkan mereka tercipta dari api. Iblis tidaklah percaya dengan kehebatan manusia sehingga tuhan menunjuknya sebagai khalifah. Dan mereka menganggap bahwa api lebih tinggi dari pada tanah. Kemudian tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk membuktikan ketidakpercayaan iblis akan kehebatan manusia sebagai khalifah dengan memberi semacam kewenangan kepada iblis untuk terus menggoda umat manusia agar manusia melupakan titah dari tuhannya sebagai khalifah. Dari drama tersebut bisa saja ku ambil beberapa kesimpulan.Pertama, iblis tidak mau bersujud selain kepada tuhan, apalagi bersujud hanya sekadar kepada manusia yang diragukan kemampuannya. Kedua, iblis berlaku sombong (arrogant)dengan meremehkan man

lilin hati

by: Galang Swatantra Ekajati satu satunya lilin penerang di sudut hatiku tlah kau matikan kau kekasih yang paling kukasihi

Kyai Jalal, Kyai Durrakeman, Kyai Dulghani: heboh aliran sesat.

by: Galang Swatantra Ekajati Beberapa bulan terakhir di kampung saya dihebohkan aliran sesat. Seluruh warga kampungku kecuali yang tidak, berbondong-bondong ke rumah saya. Ada yang membawa celurit, parang, bensin, minyak tanah, kemarahan terhadap sesuatu telah membuat mereka gusar dan kelihatannya mereka ingin melakukan sesuatu yang berbau kekerasan atau anarki. Sesampainya di depan rumah ku salah seorang dari mereka berteriak, “Ustadz…kenapa ustadz diam saja. Kampung kita telah tercoreng dengan keberadaan aliran sesat, kenapa unstadz masih diam saja”. “Hancurkan.. …Bakar. …Habisi saja mereka….” sahut beberapa orang yang lain. Oia sebelumnya saya harus cerita, paska menikah dengan anak kyai, penampilanku yang semula dekil, gak pernah mandi, selenge’an, bau, bahkan lebih seperti korak, kini saya lebih rapih, kemana-mana berbaju putih pake kopyah dan berjenggot bukan karena apa apa hanya karena belum sempat bercukur saja, dan paska menikah dengan anak kyai, warga kampung sepakat meski it

Kyai Jalal, Kyai Durrakeman, Kyai Dulghani: pinangan

oleh: Galang Swatantra Ekajati Aku mencintai seorang perempuan yang sangatlah cantik jelita…rajin mengaji, rajin shalat, berhijab, anaknya kaji, dia sendiri sudah pernah ke baitulloh. Perangainya santun, matanya menyejukkan, …. Pokoknya intinya SEMPURNA. Sebelum bermaksud meminang gadis tersebut, aku sowan dulu ke tiga guruku (entah mereka masih mengakui aku sebagai murid apa tidak, aku tak tau, soalnya aku sowan ke mereka hanya ketika aku membutuhkan sesuatu dari mereka),…Yang pertama, Kyai Jalal, Aku ketok pintu sembari mengucapkan salam. Tanpa membalas salamku kyai jalal berkata “Pergi sana, Aku tau maksudmu datang ke sini, LA KOWE KI SOPO? WANI WANINE NIAT RABI KARO ANAK WEDOK KESAYANGANKU IKU”. Baru aku tau kalo perempuan sempurna yang menjadi idamanku itu adalah anak murid kyai jalal juga. Bedanya dengan ku, perempuan itu lebih sering mengunjungi kyai Jalal meskipun hanya mampir untuk mengucapkan salam. Bahkan baru aku tahu bahwa perempuan idamanku itu mengunjungi kyai Jalal leb