Akulah yang Maha Mengetahui

by: Galang Swatantra Ekajati

Suatu saat Tuhan memerintahkan kepada malaikat, iblis dan seluruh alam ciptaan-Nya untuk bersujud kepada manusia. Dalam drama itu konon iblis adalah satu-satunya makhluk yang tak sudi bersujud kepada manusia. Iblis beralasan bahwa manusia hanya tercipta dari tanah sedangkan mereka tercipta dari api. Iblis tidaklah percaya dengan kehebatan manusia sehingga tuhan menunjuknya sebagai khalifah. Dan mereka menganggap bahwa api lebih tinggi dari pada tanah. Kemudian tuhan akhirnya memberi kesempatan untuk membuktikan ketidakpercayaan iblis akan kehebatan manusia sebagai khalifah dengan memberi semacam kewenangan kepada iblis untuk terus menggoda umat manusia agar manusia melupakan titah dari tuhannya sebagai khalifah. Dari drama tersebut bisa saja ku ambil beberapa kesimpulan.Pertama, iblis tidak mau bersujud selain kepada tuhan, apalagi bersujud hanya sekadar kepada manusia yang diragukan kemampuannya. Kedua, iblis berlaku sombong (arrogant)dengan meremehkan manusia yang tercipta dari tanah lebih rendah dari iblis yang tercipta dari api.


Perlu dicatat juga bahwa sebelum menawarkan jabatan ke-khalifah-an kepada manusia Tuhan juga pernah menawarkannya kepada gunung-gunung, lautan, dan makhluk lain tapi mereka semua tahu diri sehingga mereka menolak secara halus titah Tuhan tersebut. Dan ketika tuhan menawarkan titah ke-khalifah-an tersebut kepada manusia, manusia menerimanya. Dari drama yang ini, aku bisa saja menarik kesimpulan atau lebih tepatnya kemungkinan. Pertama, manusia menerima titah dari Tuhan sebagai khalifah ini, karena manusia benar-benar ta’at kepada tuhan sehingga ‘pantang tolak tugas’ dari tuhan yang didasari dengan ketahu-dirian akan kemampuannya sendiri, atau kedua, manusia menerima titah sebagai khalifah dari Tuhan ini karena ‘emosi’ tak terkendali sebab telah diremehkan oleh iblis atau bahkan karena keangkuhan manusia sebab melihat ada beberapa ‘fasilitas’ keistimewaan yang menyertai jabatan khalifah yang dititahkan Tuhan tersebut?
Adalah merupakan hal yang tidak bisa dibantah lagi, bahwa sifat sombong, angkuh, arrogant atau takkabur merupakan ‘jubah’ Tuhan sendiri dan tak se-apapun makhluk Tuhan yang boleh memakainya. Jika dikaitkan dengan setting latar, bahwa jika benar iblis telah memakai ‘jubah’ Tuhan dengan menganggap lebih tinggi derajatnya dari pada manusia, maka dialah musuh yang nyata bagi manusia. Dan jika keraguan iblis akan kemampuan manusia sebagai khalifah itu didasari dengan ‘analisa-analisa objektif’ yang berangkat dari ‘riset-riset yang jujur’ berdasarkan ‘rasa keadilan’ maka iblis harus membuktikan bahwa keraguan akan kemampuan manusia memimpin alam (khalifah) adalah benar dan Tuhan telah memberi ‘kewenangan’ atasnya. Pun demikian, jika manusia menerima titah sebagai khalifah di muka bumi, karena ‘emosi tak terkendali’ sebab telah diremehkan oleh iblis atau bahkan karena keangkuhan manusia sebab melihat ada beberapa ‘fasilitas’ keistimewaan yang menyertai jabatan khalifah yang dititahkan Tuhan tersebut, maka manusia telah pula memakai ‘jubah’ Tuhan yang tidak sepantasnya ia kenakan. Kemudian jika benar demikian apa bedanya manusia dengan setan?. Dan itulah musuh yang nyata. Akan tetapi, jika manusia menerima titah sebagai khalifah fil ardh atas dasar ta’at kepada Tuhan yang dilandasi ketahu-dirian maka pun manusia haruslah membuktikan kepercayaan Tuhan kepada manusia untuk mengelola alam sebagai khalifah adalah benar.
Dan suatu ketika malaikat bertanya: “bukankah Engkau telah menciptakan manusia sebelumnya dan mereka membuat kehancuran di muka bumi?”. Dan Tuhan pun menjawab: “Akulah yang Maha Mengetahui”
Maka, marilah bersama sama kita saksikan drama ini akan berakhir bagaimana? Analisa-analisanya iblis atau ketahu-dirian manusia yang akan terbukti benar? Selamat menonton saja.

Comments

Popular posts from this blog

PUCUNG: (Cuplikan Serat Wedhatama)

Doa Faraj Nabi Khidir AS

Sayyid As Syaikh ‘Abdul Khaliq al-Ghujdawani