Suami Sopir

Mbah Dul seringkali mengibaratkan hubungan tuhan-manusia-alam dengan terma-terma dan analogi per-suami-istri-an. Pernah beliau berujar, "tuhan adalah "suami" manusia, manusia adalah "suami" alam, dan laki-laki adalah "suami' perempuan, pemimpin adalah diper"suami" oleh rakyat/umat. Layaknya seorang sopir, satu dari dua keharusan yang harus dimiliki seorang "suami" adalah mengetahui, mengerti dan memahami tujuan (hidup), route yang akan ditempuh, syukur syukur paham peta, sehingga dalam keadaan tertentu, 'sang sopir' mampu mengambil jalur alternatif, jika jalur utama mengalami kendala kemacetan, misalnya. Setelah paham tujuan, route, peta, syarat kedua, adalah tahu dan bisa "mengemudikan" kendaraan. Kira-kira cukup dua itu sajalah syarat pokok menjadi seorang sopir.


Kemudian setiap "calon istri" adalah calon "penumpang". Dan setiap penumpang. tentu saja akan melihat dan mengamati 'sopir' mana yang pantas dan cocok untuk mengantar dirinya ke tempat tujuan dengan aman, tidak membahayakan nyawanya dan orang lain. Tentunya para "istri" akan memilih yang memenuhi kriteria sopir yang mempunyai tujuan yang sama dengan dirinya dan atau seorang sopir yang punya tujuan yang jelas baik, mengetahui route yang tepat yang mesti ditempuh dan 'cara mengemudikan' kendaraan dengan benar pula. 'Baik' mencakup dimensi ruhaniah/bathiniah atau bolehlah kusebut 'niat', serta "benar" pada dimensi metodologis/tatakelola/manajemen. Itulah yang Mbah Dul sebut-sebut sebagai Shaleh. Dan kupikir semua calon "penumpang" menghendaki sopir yang aman, kecuali sangat sedikit yang suka sopir 'ugal-ugalan' dan membahayakan.



Dan setiap 'istri' akan sangat cinta pada "suami" yang mampu mengelola hubungan yang harmonis dengannya, bukannya yang semena-mena dan mengexploitasinya serta 'ugal-ugalan' dalam tatakelola. Kemampuan 'mengemudi' ini adalah kemampuan mengelola hubungan yang saling menghargai, penuh rasa keadilan, penuh dengan kerendahan-hati, penuh welas asih, dan saling memaafkan sehingga mewujudlah apa yang disebut harmoni yang pada gilirannya akan mencapai tujuan dari sebuah perjalanan yakni menikah dengan "Suami" dengan S besar. Dialah Tuhan.


Dan kukira terlalu berlebihan jika seorang sopir terlalu sibuk hatinya, sibuk pikirannya untuk mencari penumpang hingga lupa akan tujuan sebenarnya, kecuali sopir omprengan. Cukup dengan punya tujuan yang baik, dan mampu 'mengemudi' yang benar, insya alloh penumpang akan datang sendiri...:D




Dengan Meng-Klik Salah Satu Iklan di bawah ini, Anda telah menyumbang untuk keberlangsungan BLOG ini,..^_^ Terima Kasih

Comments

Popular posts from this blog

PUCUNG: (Cuplikan Serat Wedhatama)

Doa Faraj Nabi Khidir AS

Sayyid As Syaikh ‘Abdul Khaliq al-Ghujdawani