Sayyidina Imam Ja'far As-Shodiq RA
“Ketahuilah
bahwa ilmu (keTuhanan) tidak diperoleh dengan jalan belajar, karena
ilmu adalah cahaya yang dipancarkan Allah Swt ke dalam hati seseorang
yang dikehendakiNya mendapat hidayah. Jika anda benar- benar ingin
memperoleh ilmu maka pertama-tama anda mencarinnya dengan hakikat Ubudiyah.
Tuntutlah ilmu dengan menerapkan ilmu itu sendiri dan mohon pengertian
kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pengertian kepada anda……”
Al Imam Sayyidina Ja’far Ash Shadiq RA
Imam
Ja’far Ash Shadiq adalah keturunan Rasulullah SAW melalui Fatima az
Zahra r.a, bernama Ja’far bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin
bin Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhum. Lahir pada malam
Jumat tanggal 17 bulan Rabiul Awal tahun 82 Hijriah. Ibundanya bernama
Ummu Farwah yang mempunyai nama Qaribah atau Fatimah binti Al Qasim bin
Muhammad bin Abu Bakar Ash Shidiq r.a. Dengan keturunan seperti itu,
Imam Ja’far pernah mengatakan,”Abu Bakar melahirkan diriku dua kali.”
Imam
Ja’far Ash Shadiq adalah tokoh Quraisy, yang dikenal oleh kaum muslimin
sebagai orang yang berbudi utama, pantang hidup bergelimang kemewahan,
berilmu dan hidup zuhud. Lima belas tahun lamanya beliau dididik
langsung oleh kakeknya, yaitu Imam Zainal Abidin r.a, seorang ulama
besar yang dihormati masyarakat, pemimpin Ahlul Bait Rasul Allah Swt
pada zamannya, ulama puncak yang diakui kedalaman ilmunya oleh umat
Islam, dan orang yang sangat tekun melaksanakan amal ibadah mendambakan
keridhoan Allah Swt.
Sebagai
ulama besar, beliau banyak dikunjungi kaum muslimin. Banyak tokoh-tokoh
syariat dan tasauf yang berguru kepadanya. Di antaranya adalah Imam
Hanafi, Imam Malik, Sufyan Ats Tsauri, Yahya bin Sa’id Al Anshary, Ibu
Jarih, Al Qaththan, Muhammad bin Ishar bin Yassar, Syu’bah bin Al
Hajjaj, Abu Ayyub as Sjistaniy.
Berbagai
mahzab syariat merujuk pada ajaran- ajaran beliau, termasuk paham
Syiah. Demikian halnya dengan berbagai aliran tasauf ataupun lembaga
tarikat, sehingga silsilah ruhaniahnya akan mencantumkan nama beliau di
dalamnya, di antaranya adalah Tarikat Naqsyabandiyah (sebagai Ahli
Silsilah ke-4) dan Tarikat Qadiriyah. Dengan kedalaman ilmunya dan
kemuliaan yang ada pada dirinya telah menjadikan beliau sebagai
pertemuan berbagai paham dan golongan pada kaum muslimin.
Ucapan
dan wejangan di masa hidupnya menjadi pedoman bagi para ulama dan umat
Islam. Di masa hidupnya beliau pernah mengatakan, “Ketahuilah bahwa ilmu
(keTuhanan) tidak diperoleh dengan jalan belajar, karena ilmu adalah
cahaya yang dipancarkan Allah Swt ke dalam hati seseorang yang
dikehendakiNya mendapat hidayah. Jika anda benar- benar ingin memperoleh
ilmu maka pertama- tama anda mencarinnya dengan hakikat Ubudiyah.
Tuntutlah ilmu dengan menerapkan ilmu itu sendiri dan mohon pengertian
kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan pengertian kepada anda……”
Dalam
kesempatan lain beliau pun berfatwa, “Wahai anakku, bila engkau
menginginkan kebaikan, carilah pada sumbernya, karena kebaikan mempunyai
sumber. Setiap sumber mempunyai akar. Akar mempunyai cabang, dan cabang
akan mengeluarkan buah. Buah yang baik ada pada cabang yang baik. Akar
yang kokoh hanya ada pada sumber yang baik. Kunjungilah orang-orang yang
baik, janganlah engkau mengunjungi orang-orang jahat karena mereka ini
ibarat batu karang yang tak mungkin memancarkan air, ibarat pohon yang
layu mengering dan ibarat tanah gersang tidak berumput.” (”Nurul Abshar”
oleh Asy Syablajiv; dan “Hulyatul Auliya” oleh Al Hafidz Abu Nu’aim”
jilid III/135).
“…Kupesankan
juga hendaknya kalian berdzikir sebanyak-banyaknya menurut kesanggupan
kalian, setiap saat, baik di waktu siang maupun malam hari. Ketahuilah
bahwa Allah telah memerintahkan supaya kalian banyak- banyak berdzikir
kepadaNya, dan Allah tidak akan melupakan dzikir yang dilakukan oleh
orang- orang yang yang beriman kepadaNya.Ketahuilah pula bahwa setiap
dzikir yang dilakukan oleh para hamba Allah yang beriman, akan dibalas
olehNya dengan kebajikan. Karena itu berusahalah sekeras- kerasnya
agar kalian mentaati sepenuhnya apa yang telah diperintahkan Allah.
Kalian tak akan menerima kebajikan apapun dari Allah kecuali dengan
mentaati semua perintahNya dan dengan menjauhkan diri dari semua yang
diharamkan Allah, sebagaimana tercakup dalam Al Qur’an, yang tersurat
ataupun yang tersirat. Allah Swt telah berfirman “Tinggalkanlah dosa
yang tampak maupun yang tersembunyi (Q.S. Al An ‘Am:120).
.
.
.
.
.
Comments
Post a Comment