Posts

Showing posts with the label Artikel

ATLAS WALI SONGO (1): Tonggak Penyebaran Islam Nusantara

Berita-berita yang bersumber dari Dinasti Tang menyebutkan bahwa pada tahun 674 Masehi saudagar-saudagar Tazhi (Arab) sudah berdatangan ke Kalingga. Ini merupakan satu petunjuk bahwa pada awal zaman Islam, saudagar-saudaga muslim dari Arab sudah mulai masuk wilayah nusantara. Semangat penyebaran Islam didorong oleh perintah Nabi Muhammad SAW, “Ballighu anni walau ayatan,” Sampaikanlah apa yang dari aku walau hanya satu ayat.” Namun sampai berabad-abad kemudian sejarah mencatat bahwa agama Islam di Nusantara lebih banyak dianut oleh penduduk asing asal Cina, Arab dan Persia. Demikian Agus Sunyoto dalam pengantar bukunya yang cukup monumental “Atlas Wali Songo”. Berdasarkan catatan Marcopolo yang kembali dari Cina lewat laut teluk Persia menyebutkan bahwa pada abad ke-13 hanya penduduk asing itu yang memeluk Islam di Nusantara. Catatan dari juru tulis Cheng Ho juga menyebutkan hal serupa. Tahun 1433 penduduk pribumi Nusantara masih belum memeluk Islam. “Atlas Wali Songo” mencatat bahwa p...

Dewa Ruci

Kisah Bima mencari tirta pawitra dalam cerita Dewaruci secara filosofis melambangkan bagaimana manusia harus menjalani perjalanan batin guna menemukan identitas dirinya atau pencarian sangkan paraning dumadi ‘asal dan tujuan hidup manusia’ atau manunggaling kawula Gusti. Dalam kisah ini termuat amanat ajaran konsepsi manusia, konsepsi Tuhan, dan amanat bagaimana manusia kembali menuju Tuhannya. Konsepsi manusia disebutkan bahwa ia berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Konsepsi Tuhan disebutkan bahwa Ia Yang Awal dan Yang Akhir, Hidup dan Yang Menghidupkan, Mahatahu, dan Mahabesar. Ia tan kena kinaya ngapa ‘tidak dapat dikatakan dengan apa pun'. Jalan menuju Tuhan yang ditempuh oleh Bima dalam menuju manusia sempurna disebutkan melalui empat tahap, yaitu: syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat (Jawa sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa). PENDAHULUAN Kisah tokoh utama Bima dalam menuju manusia sempurna dalam teks wayang Dewaruci secar...

Swatantra Ekajati

Swatantra [swa·tan·tra] dalam kamus bahasa Indonesia dalam Jaringan berarti pemerintahan sendiri; otonomi. Sedangkan Ekajati [eka·ja·ti] masih merujuk pada kamus bahasa Indonesia mempunyai arti nama strata terendah dari kasta Sudra. Dalam tradisi hindu/budha, seperti yang kita ketahui bahwa hindu/budha adalah agama yang sangat berpengaruh pada awal awal kejayaan kerajaan di nusantara, Sudra adalah kasta yang terendah setelah Brahmana, Satria, Waisya. Nah Ekajati adalah strata terendah dalam Kasta Sudra. Bisa diartikan 'rakyat kecil' yang paling kecil dan paling sering diijek-injek, dijadikan korban, disalah-salahkan, dijadikan kambing hitam, pokoknya yang apes apes deh,,hehe. Maka jika digabungkan dua kata tersebut, menjadi berarti pemerintahan sendiri/mandiri oleh rakyat jelata alias otonomi kerakyatan..(walah, aneh aneh aja?! ^_^). Aneh?, mungkin iya. Tapi itu lah kenyataannya. Rakyat yang sebenarnya memilih dan menggaji pemimpin (entah itu raja, presiden, atau raja yang k...

Sunan Kalijaga

1. Nama dan Asal-Usul Pada waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Said atau Jaka Said. Kemudian ia disebut juga dengan nama Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurraman dan Pangeran Tuban.1 Di dalam Babad Tanah Jawi disebut bahwa Raden Said adalah putra Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban. Sedangkan Arya Wilatikta, ayah Sunan Kalijaga, menurut Babad Tuban, adalah putra Arya Teja. Disebutkan pula bahwa Arya Teja bukanlah seorang pribumi jawa. Ia berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama. Ia berhasil mengislamkan Raja Tuban, Arya Dikara, dan memperoleh seorang putrinya. Dengan jalan ini ia akhirnya berhasil menjadi kepala negara Tuban, menggunakan kedudukan mertuanya. Akan tetapi Babad Tuban tidak menjelaskan mengenai asal-usul Arya Wilatikta, ayahanda Sunan Kalijaga itu.2 Dalam Babad Cerbon naskah Nr. 36 koleksi Brandes, dijumpai keterangan bahwa ayahanda Sunan Kalijaga bernama Arya Sidik, dijuluki “Arya ing Tuban” Arya Sadik dipastikan merupakan perubahan dari ...

Membangkitkan Kebangkitan: Paradigma Baru Kemandirian -Noe Letto-

Ribut benar acara-acara Kebangkitan Nasional, dan saya cari-cari di mana diriku di tengah keramaian itu. Berhubung tidak menemukan diriku, maka saya mengandaikan diriku ini cukup penting di tengah orang banyak sehingga ada yang bertanya apa aspirasi saya tentang Kebangkitan Nasional. Nekad sayapun menulis tentang sesuatu yang jauh lebih besar dari diriku, yakni nilai-nilai yang melandasi sikap untuk bangkit sebagai bangsa, dengan judul ’sombong’ sebagaimana yang Anda baca. Pastilah, nilai yang diyakini dan dilaksanakan seseorang akan propagate ke mentalitas dan kualitas decision making yang seseorang itu. Nilai yang diyakini dan dilaksanakan sebuah generasi akan membawa perubahan pada generasi tersebut dan berpengaruh pada generasi setelahnya. Coba saya tuliskan sejumlah konten sikap dasar itu, memulai dari diriku sendiri, misalnya: mendapatkan kesenangan tanpa ada yang disusahkan. Sebuah sikap dasar yang menumbuhkan empati, membunuh budaya egoisme, menang sendiri d...