"...politisi
yang tidak punya cita-cita menjadi negarawan sama seperti anak TK yang
gak punya cita-cita naik kelas...", @Jan Sleot, khotib dada'an
pengganti ustad jupri yang sibuk jadi tim sukses
[1] Ngelmu iku, kelakone kanthi laku, Lekase lawan kas, Tegese kas nyantosani, Setya budya pangekese dur angkara. Terjemahan: Ngelmu itu terlaksana dengan penghayatan, Penerapannya harus dengan sungguh-sungguh, Artinya, benar-benar dapat memberikan kesentosaan, Dengan kesadaran yang kokoh untuk menaklukkan angkara murka. [2] Angkara gung, neng angga anggung gumulung, Gegolong nira, Triloka lekere kongsi, Yen den umbar ambabar dadi rubeda. Jarwa: Sifat angkara murka itu berada di dalam pribadi, Sesuai dengan tingkatan Anda, Ia meliputi tiga dunia, Bilamana dibiarkan, akan mendatangkan malapetaka. [3] Beda lamun, wus sengsem rehing asamun, Semune ngaksama, Sasamane bangsa sisip, Sarwa sareh saking mardi martotama. Jarwa: Beda halnya, dengan yang sudah senang hidup di keheningan, Wajahnya mencerminkan sebagai pemaaf, Terhadap sesamanya yang berbuat kesalahan, Senantiasa sabar dalam berupaya menjadi seorang pemurah. [4] Taman limut, durgameng tyas kang weh limput, Kerem ing karamat,
“Cahaya dari beberapa orang mendahului dzikir mereka, sementara dzikir beberapa orang mendahului cahaya mereka. Ada seseorang yang melakukan dzikir keras sehingga hatinya menjadi terang; dan ada yang hatinya sudah diterangi dan dia melakukan dzikir diam.” Ibn ‘Ata’Allah. Beliau dikenal sebagai Syaikh Penuh Keajaiban, Seseorang yang Bersinar Bagaikan Matahari, dan Syaikh maqam-maqam spiritualitas yang tinggi pada zamannya. Beliau adalah seseorang yang Berilmu Sempurna (‘arif kamil) dalam sufisme dan pencapaian dalam asketisme. Beliau dianggap Sumber Thariqah Sufi Terhormat ini dan Mata Air Khwajagan (Syaikh Asia Tengah). Ayah beliau adalah Syaikh ‘Abdul Jamil, seorang ulama paling terkenal pada masa Bizantin dalam pengetahuan lahir dan bathin. Ibu beliau seorang putri, anak dari Raja Seljuk Anatolia. ‘Abdul Khaliq dilahirkan di Ghujdawan, sebuah kota dekat Bukhara dimasa sekarang dikenal sebagai Uzbekistan. Disana beliau menetap, meninggalkan hidupnya dan dimakamkan.
Comments
Post a Comment